Mewujudkan Budaya Positif di Sekolah Melalui Keyakinan Kelas
Mewujudkan Budaya Positif di Sekolah Melalui Keyakinan Kelas
Oleh : Nurul Fajri, S.Pd.I
Guru PAI & BP SMA Negeri 1 Tanjung
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Untuk menciptakan budaya positif di sekolah kita tidak berdiri sendiri melainkan membutuhkan kerjasama dan keterlibatan semua stake holder. Penerapan budaya positif dibutuhkan sinergitas antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam pembiasaan-pembiasaan positif sehingga akan membudaya dan berakar dalam diri murid. Budaya positif dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif sekolah, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin yang didasarkan pada kesadaran individunya.
Upaya dalam membangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas bisa diartikan sebagai suatu hal yang disepakati bersama, baik guru dengan siswa, maupun antarteman, dalam lingkup tempat belajar di sekolah. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan.
Kesepakatan kelas penting dibuat karena seringkali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang baik. Oleh karena itu penting bagi guru untuk membuat kesepakatan kelas di awal pembelajaran.
Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.
Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Murid dapat mengalami kesulitan dalam mengingat banyak informasi, jadi susunlah 4 – 8 aturan untuk setiap kelas. Jika berlebihan, murid akan merasa kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka.
Kesepakatan yang disusun sebaiknya mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Oleh karena itu, dalam kesepakatan kelas sebaknya menggunakan kalimat positif seperti, “Saling menghormati” ,“Selalu masuk kelas tepat waktu”. Kalimat positif lebih mudah dipahami murid dibandingkan kalimat negatif yang mengandung kata seperti, “dilarang” atau “tidak”. Kesepakatan perlu dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala, seperti setiap awal semester. Untuk mempermudah pemahaman murid, kesepakatan dapat ditulis, digambar, atau disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan disadari oleh murid.
Harapan seorang guru, semoga kesepakatan kelas yang dibuat menjadi kebutuhan bagi siswa, sehingga hukuman dan pengfhargaan tidak dibutuhkan lagi dalam pelaksanaannya, murid dapat memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan disiplin positif dan budaya positif di kelas.
Sumber : Mebangun
Budaya Positif Di Sekolah Melalui Kesepakatan Kelas | baraNews
(baranewsaceh.co)
Post a Comment for "Mewujudkan Budaya Positif di Sekolah Melalui Keyakinan Kelas"