Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAB "SEMANGAT MENUNTUT ILMU" KELAS 10 SMA/SMK

 SEMANGAT MENUNTUT ILMU, MENERAPKAN DAN MENYAMPAIKAN KEPADA SESAMA


ﻭﻣﺎﻜﺎﻥﺍﻠﻣﺅﻤﻧﻭﻥﻠﻳﻧﻔﺮﻭﺍﻜﺎﻔﺔ ﻔﻠﻮﻷﻨﻓﺮﻤﻥﻜﻞﻓﺮﻘﺔﻤﻨﻬﻡﻄﺎﯩﻓﺔﻟﻳﺗﻓﻗﻬﻭﺍ

ﻔﻰﺍﻟﺪﻴﻥﻮﻟﻳﻧﺫﺭﻭﺍﻘﻭﻤﻬﻡﺍﺬﺍﺭﺠﻌﻭﺍﺍﻟﻳﻬﻡﻟﻌﻟﻬﻡﻳﺣﺫﺭﻮﻦ


“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS At-Taubah :122)


يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya : “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. QS Al Mujadilah 11

هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.QS Az Zumar 9

Dalil Hadis tentang kewajiban menuntut Ilmu


طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

Artinya : ”Mencari ilmu itu fardlu (wajib) atas setiap orang muslim laki-laki dan perempuan” [HR Ahmad )



أُطْلُبُواالْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ, فَإِنَّ طَلَبَ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ  وَإِنَّ المْـــَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطِلَبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ

Artinya : “Tuntutlah Ilmu walau di Negeri Cina, sebab menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. Sesungguhnya Malaikat menghamparkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena senang pada apa yang dicari”. HR. Ibn Abdul Barr

Hadis Nabi saw. Tentang keharusan menyampaikan Ilmu pada orang lain

بَلِّغُوْا عَنِّىْ وَلَوْ أَيَةً

Artinya : “Sampaikan apa yang datang dariku walaupu satu ayat”.

Islam adalah Ilmu, tidak beragama bagi mereka yang tidak berilmu. Oleh kare itulah mencari dan menyebarkan ilmu sama wajibnya dalam Islam.

Beribadah tanpa didasari ilmu maka ibadahnya ditolak tidak diterima, seperti misalnya beribadah tidak sesuai dengan yang telah dicontonkan oleh Nabi saw.

Begitu pula dalam pekerjaan sehari, bekerja sebagai tukang tembel ban akan tetapi tidak tahu caranya menembel ban (ilmu tembel ban) maka pekerjaannya akan ditolak oleh masyarakat.


MUHASABAH

Pada masa sekarang sekolah seakan-akan tempat mencari nilai tapi bukan mencari ilmu. Begitulah umumnya motivasi anak ketika sekolah dan menancap betul di dalam hati. Hal ini menjadi orientasi dan tujuan dalam perjalanan pendidikan pelajar sekarang. Padahal harus disadari jika nilai bukanlah segalanya. Ketika masuk SMA, pada umumnya yang tergambar dalam pikiran pelajar adalah bagaimana harus mendapat nilai bagus dengan grafik yang meningkat secara konsisten, bukannya menurun. Pelajar dituntut SEMANGAT Belajar, MENGAMALKAN dan MENYAMPAIKAN ILMU untuk belajar demi mendapat nilai yang baik, jika hasil tidak sesuai maka rasa menyesal bahkan putus asa menyelimuti.

Jika seseorang belajar hanya berorientasi pada nilai, akan tetapi yang diperoleh bukan  nilai yang baik, sehingga dia merasa tidak tahu apa yang telah pelajari, semua seperti biasa saja, setelah ulangan atau ujian semuanya serasa hilang. Hal ini berarti ilmu itu hilang dan rasanya tidak ada lagi yang tersisa. Namun jika orientasi belajar adalah ilmu maka kehidupan pelajar menjadi lebih bermakna, dia selalu merasakan kepuasan setiap  selesai belajar, dan tanpa di kejar pun nilai meningkat fantastis.

Sesungguhnya ketulusan niat dan kesabaran dalam melakukan segala kegiatan sangat diperlukan, bukan hanya untuk mengejar sesuatu. Seseorang akan rela belajar hingga pagi, hanya untuk mengejar kepuasan belajar, kenikmatan belajar akan di peroleh. Berbeda sekali ketika belajar hanya untuk mengejar nilai, sangat susah bagi seseorang untuk belajar hingga tengah malam, susah untuk memfokuskan diri. Jadi intinya, kita harus melakukan sesuatu dengan tulus dan tanpa mengharapkan imbalan, atau jangan hanya meminta atau mengharapkan imbalan dari apa yang kita kerjakan, semuanya itu akan berjalan beriringan sesuai dengan yang kita kerjakan.

Kalimat tauhid adalah dasar agama dan asas segala kesempurnaan. Tanpa tauhid, seluruh amalan akan tertolak. Oleh sebab itu, terutama pada masa permulaan islam, para sahabat Rasulullah lebih banyak bersungguh-sungguh dalam mendakwahkan kalimat tauhid dan sibuk berjihad melawan orang kafir, sehingga mereka belum sempat mencurahkan perhatian khusus terhadap ilmu. Walaupun demikian, semangat, gairah, serta kesungguhan mereka telah menghasilkan inti-inti ilmu Al-Qur’an dan Hadits, yang masih terpelihara walaupun 1400 tahun berlalu. Ini merupakan bukti yang jelas, setelah zaman permulaan Islam berlalu, ketika datang kemudahan bagi mereka, dan jamaah-jamaah yang berdakwah semakin bertambah, maka turunlah ayat yang artinya :

A. TUNTUNAN MENUNTUT ILMU

1. Pengertian

Kata ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa Arab. Secara bahasa (etimologi) kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat dari kata `alima – ya`lamu- `ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari al-‘ilmu adalah al-jahl (bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatakan  alimtu asy-syai’a berarti “saya mengetahui sesuatu”. 

Sementara secara istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman tentang hakikat sesuatu. Ia juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang diketahui dari dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Dalam kitab Tafsir Aisar at-Tafaasir dijelaskan bahwa.

Artinya : “Ilmu itu adalah jalan menuju rasa takut kepada Allah, barang siapa yang tidak mengenal Allah, maka dia tidak mempunyai rasa takut pada-Nya.  Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”

2. Semangat Menuntut Ilmu

Umat Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji dan sebagainya, berarti wajib pula mengetahui ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Dengan ilmu berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh dilakukan. Demikian juga dalam hidup kemasyarakatan, interaksi antar sesama manusia juga harus di dasari dengan ilmu, sehingga tercipta suatu masyarakat yang kondusif dan damai. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 122 :

Artinya : “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”. (QS. At Taubah : 122)

Ayat di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa sebagai orang beriman; semangat, tenaga dan pikiran tidak dibenarkan hanya untuk usaha memenuhi kepuasan nyata seperti perang. Akan tetapi semangat, tenaga dan pikiran juga untuk usaha menuntut ilmu terutama pengetahuan agama untuk kemanfaatan diri sendiri dan orang lain. Ilmu merupakan penuntun manusia memahami ayat-ayat Allah baik Qauliyah maupun Kauniyah sehingga mampu mamaknai hakekat hidup dan akhirnya memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.

Dalam menuntut ilmu hendaklah tetap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai macam bahaya dan ujian mental yang muncul. Sebab gudang kesuksesan adalah di dalam menghadapi cobaan. Maka siapa yang ingin berhasil maksud dan tujuan menuntut ilmu harus bersabar menghadapi banyaknya cobaan. Syeh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’allim mangatakan, pernah kudengar sya’ir yang konon merupakan gubahan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah :

Artinya : “Ingatlah, kamu tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan kecuali dengan enam perkara ; yang akan kujelaskan semua kepadamu secara ringkas”.

Yaitu : kecerdasan, minat yang besar, kesabaran, bekal yang cukup, petunjuk guru, dan waktu yang lama.

3. Patuh kepada Orang Tua dan Guru

Selain syarat tersebut di atas kunci kesuksesan dalam ilmu adalah patuh kepada orang tua dan guru, yaitu menghormati mereka baik ketika masih hidup maupun sudah meninggal. Kita harus bersikap sopan dan santun kepada orang tua dan guru baik dalam ucapan maupun perbuatan, selalu mendoakan mereka jika sudah meninggal minimal setiap setelah shalat.

Orang yang paling dekat dan berjasa kepada kita adalah kedua orang tua. Merekalah yang membawa kita ke dunia ini dengan izin Allah. Betapa besar jasa mereka sehingga kita tidak akan mampu menghitung dan membalasnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita harus berbakti kepada kedua orang tua. Allah menempatkan kewajiban berbakti kepada orang tua pada peringkat kedua setelah kewajiban menyembah Allah swt. Firman Allah swt dalam Al Qur’an surat Al Isra’ ayat 23 :

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al Isra’ : 23)

Begitu besarnya jasa orang tua kita sehingga keridlaan dan kemurkaan Allah tergantung pada keridlaan dan kemurkaan keduanya. Rasulullah saw bersabda:

Artinya:”Keridaan Allah tergantung pada keridaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pula pada kemurkaan keduanya.” (HR. Tabrani).

Guru adalah orang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita.  Dalam paradigma Jawa, guru bermakna “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini.  Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didiknya. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu, tapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya.

Guru yang menjadikan kita orang beriman, mengerti hal yang baik dan buruk, gura juga menjadikan kita orang yang pandai dan memahami ilmu pengetahuan, sehingga kita akan memperoleh kedudukan yang tinggi di hadapan Allah dan manusia sebagaimana firman Allah swt:

Artinya: ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujahadah:11)

Di samping itu, para penuntut ilmu dijanjikan oleh Rasulullah saw. akan diberikan kemudahan jalan ke surga. Perhatikan hadits di bawah ini:


مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةِ ـ رواه مسلم

Artinya:

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

B. KEDUDUKAN ORANG YANG MENUNTUT ILMU

1. Diberikan Kemudahan Masuk Surga

Nabi Bersabda yang artinya :“ Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga “ ( HR. MUSLIM )

2. Terbebas dari Kebinasaan.

ﻗﺎﻞﺭﺴﻮﻞﷲﺻﻠﻰﻋﻠﻳﻪﻮﺴﻠﻡ:ﻜﻦﻋﺎﻠﻣﺎﺃﻮﻤﺗﻌﻟﻣﺎﺃﻮﻣﺴﺗﻤﻌﺎﺃﻮﻣﺣﺑﺎﻮﻻﺘﻛﻥﺨﻤﺴﺎﻔﺘﻬﻠﻙ

Artinya : Rasullah bersabda: “ Jadilah kamu orang yang pandai ( Mengajar Ilmu), atau pelajar ( Orang yang Menuntut Ilmu ), atau pendengar ( Ilmu ) atau Pencinta Ilmu, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima ( orang yang tidak mau mengajarkan ilmu, tidak mau belajar, tidak mau mendengarkan ilmu, tidak mau mencintai ilmu), maka kamu akan menjadi orang binasa”.

3. Dijauhkan dari pemimpin yang Bodoh

Nabi Bersabda yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu ( Pengetahuan ) dengan mencabutnya dari hamba-Nya, akan tetapi Ia akan mencabut ilmu tersebut dengan cara mencabut ( nyawa ) para ulama, sehingga apabila tidak ada ulama, maka orang-orang akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, apabila mereka ditanya kemudian memberi fatwa( nasihat) tanpa ilmu pengetahuan maka mereka akan sesat dan menyesatkan.” ( HR. BUKHARI )

4. Diangkat derajatnya oleh Allah

Ada dua kelompok manusia yang dijanjikan oleh Allah akan diangkat derajatnya. Kedua kelompok manusia itu adalah : orang yang beriman dan orang-orang berilmu pengetahuan. Firman Allah....

.......ﻴﺮﻓﻊﷲﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻤﻧﻭﻤﻧﻛﻢﻭﺍﻠﺬﻴﻦﺍﻭﺗﻭﺍﺍﻠﻌﻠﻢﺪﺮﺟﺖ 

Artinya: “ Allah Akan mengangkat ( derajat ) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat ......”( QS. MUJADAALAH/58;11 )

5. Memperoleh kebahagian dunia akhirat

Nabi Muhammad saw. Bersabda :

ﻤﻥﺍﺮﺍﺪﺍﻠﺩﻨﻳﺎﻓﻌﻠﻳﻪﺒﺎﻠﻌﻠﻢﻮﻤﻥﺍﺭﺍﺪﺍﻷﺨﺭﺓﻓﻌﻠﻳﻪﺒﺎﻠﻌﻢﻮﻣﻦﺍﺭﺍﺪﻫﻣﺎﻓﻌﻠﻳﻪﺒﺎﺍﻠﻌﻠﻢ

Artinya: “ Barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, maka wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan keduanya, maka wajiblah ia memiliki ilmu keduanya pula “ ( HR. BUKHARI dan MUSLIM )

C. KUNCI SUKSES MENUNTUT ILMU

1. Perilaku Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua

Orang tua telah banyak berjasa kepada anaknya. Islam telah mewajibkan para orang tua untuk mendidik anaknya dan juga kewajiban-kewajiban yang lain. Setiap anak wajib membalas kebaikan orang tua mereka dengan patuh dan menghormati mereka senantiasa mendo’akan mereka. Diantara cara untuk hormat dan patuh terhadap orang tua adalah :

a. Menjawab dan mendatangi ketika dipanggil orang tua

Ketika orang tua memanggil anaknya, tentu ada maksud dan tujuannya. Oleh karena itu, apabila orangtua memanggil anaknya, maka seorang anak harus segera datang. Jangan sekali-kali hanya menjawab dari kejauhan. Itu akan membuat mereka jengkel dan marah

b. Berbicara dengan lemah lembut dan bahasa yang santun

Sebagai wujud kesantunan, ketika seorang anak berbicara kepada orang tuanya hendaknya menggunakan bahasa yang lemah lembut. Hindari bahasa yang kasar atau bahasa gaul yang biasa kita utarakan kepada teman sebaya kita. Allah sangat melarang kita untuk berbicara keras dan nada membentak kepada Orang tua.

c. Ikut membantu orang tua

Anak yang baik akan membantu orang tua ketika mereka sibuk dan membutuhkan pertolongan. Seorang anak harus pandai mengerti dengan cara membantu sesuai dengan kemampuan.jangan sesekali kita merasa masa bodoh dengan kerepotan orang tua kita.

d. Tidak memotong pembicaraan orang tua

Ketika orang tua sedang berbicara, baik kepada anaknya maupun kepada orang lain, seseorang anak harus mendengarkan terlebih dahulu sampai selesai. Tidak boleh seorang anak memotong pembicaraan orang tua. Bila seorang anak ingin menanggapi pembicaraan orang tua, maka ia harus menunggu sampai pembicaraan tersebut selesai.

e. Mendengarkan, menghayati, dan melaksanakan nasihat orang tua

f. Memohon ridhonya

g. Merawat orang tua yang sedang sakit

Ketika orang tua sudah berusia lanjut, mereka selalu ingin diperhatikan dan dilayani, termasuk ketika sedang sakit. Oleh karena itu, seorang anak harus merawat dan mengusahakan pengobatan secara ikhlas.

h. Selalu Mendo’akan Orang Tua

ﺭﺏﺍﻏﻔﺮﻠﻰﻮﻠﻭﻠﺩﻯﻭﺍﺭﺤﻣﻬﻣﺎﻜﻣﺎﺭﺒﻴﻧﻲﺼﻐﻴﺭ

Artinya: “ Ya Robbku ! Ampunilah aku, dan juga Ibu Bapakku, dan Sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah menyayangi aku pada waktu kecil .” ( HR. TIRMIZI)

2. Perilaku Hormat dan Patuh Kepada Guru

Banyak sekali jasa seorang guru kepada muridnya. Oleh karena itu seorang murid wajib menghormati dan mematuhi gurunya. Banyak cara untuk menghormati dan mematuhi guru antara lain :

a. Menegur dan Mengucapkan Salam

Sebagai murid biasakan jika berjumpa dengan guru jangan bersikap acuh, masa bodoh, menghindar, bahkan lari dari pandangan guru. Seorang guru sangat berjasa terhadap kehidupan murid dan kita harus menghargainya.

b. Berbicara dengan Bahasa yang Santun

Guru bukanlah orang yang gila hormat. Akan tetapi menghormati dan mematuhi seorang guru adalah kewajiban seorang murid. Apabila berbicara dengan seorang guru, hendaklah seorang murid menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Tunjukkan sikap rendah hati dihadapan seorang guru.

c. Taat dan Patuh

d. Mendengarkanpenjelasan mereka

e. Bersilaturahmi

Menjaga silaturahmi dengan seorang guru merupakan perilaku yang sangat terhormat. Bersilaturahmi dengan seorang guru akan memberikan tambahan ilmu dan pengalaman sehingga menambah bekal dan keberkahan hidup. Sempatkan dalam waktu-waktu tertentu, seperti Idul Fitri untuk bersilaturahmi dengan guru.

f. Mendo’akan guru.

Mendo’akan ibu dan bapak guru menjadi bagian dari bentuk menghormati jasa-jasa seorang guru. Do’akanlah agar semua guru kita diberikan kesehatan, umur yang berkah, dan mendapatkan pahala dari iman dan amal kebaikan.

RENUNGAN

Saat dilahirkan kita tidak mengerti apa pun. Berkat jasa orang tua dan para gurulah kita bisa belajar dan mengetahui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus digunakan untuk amal kebaikan


D. RANGKUMAN


  1. Menuntut ilmu merupakan kwajiban bagi sitiap muslim, dengan ilmu seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan duniawi maupun ukhrawi.
  2. Ilmu bisa deperoleh hanya dengan cara dan etika yang benar serta sabar menghadapi cobaan.
  3. Islam telah memberikan tuntunan menuntun ilmu yang benar sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendri dan orang lain.
  4. Ilmu merupakan identitas manusia yang membedakannya dengan makhluk lain
  5. Ilmu tidak bisa diperoleh dengan mudah, dibutuhkan syarat-syarat khusus diantarangan adalah patuh kepada orang tua dan guru agar mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah.
  6. Orang tua dab guru harus dihormati, jika mereka masihi hidup kita harus sopan dan santun serta tidaka mnyakiti hati mereka, jika sudah meninggal arus kita doakan.
  7. Ulama terdahulu telah mencontohkan cara-cara yang dilakukan sehingga memperoleh ilmu yang membawa manfaat bagi kita sampai sekarang.


Post a Comment for "BAB "SEMANGAT MENUNTUT ILMU" KELAS 10 SMA/SMK"